Chat dengan kami disini
Bagi sebagian besar orang, awal tahun 2024 mungkin dipenuhi oleh tujuan keuangan baru, rencana liburan, dan berbagai rencana serta harapan pribadi lainnya. Tapi hal ini tentu tidak berlaku bagi mereka yang harus memenuhi kebutuhan keluarga disamping memenuhi kebutuhan pribadi atau Generasi Sandwich.
Generasi Sandwich adalah generasi yang harus membiayai generasi di atasnya (orang tua) dan generasi di bawahnya (anak). Dilansir dari detik.com, fenomena generasi sandwich ini dipengaruhi oleh kegagalan finansial orang tua serta kurangnya perencanaan finansial sehingga generasi di bawahnya harus menanggung hal tersebut.
Survei DataIndonesia.id menyebutkan 46,3% Generasi Z di Indonesia saat ini telah menjadi Generasi Sandwich dan menanggung kegagalan finansial orang tua yang kebanyakan dari Generasi Baby Boomer dan Generasi X. Dampak dari menjadi generasi sandwich ini pun sangat besar baik dari segi kehidupan pribadi ataupun karir. Banyak dari mereka yang mengalami masalah mental, mudah lelah dan sakit, tidak dapat mengembangkan karir, sulit memiliki tabungan, dan masih banyak lagi masalah lainnya.
Jika Anda menjadi salah satu orang yang mengalami situasi serupa dan tidak ingin hal ini terjadi kembali pada generasi setelah Anda. Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memutus mata rantai Generasi Sandwich.
1. Berinvestasi dari Kepala ke Atas
Investasi dari kepala ke atas yang dimaksud adalah menambah ilmu pengetahuan dan skill yang dapat menunjang karir Anda. Dengan skill yang mumpuni, maka Anda akan mendapat progress karir yang lebih baik sehingga penghasilan Anda juga akan bertambah. Tambahan penghasilan ini tentunya bisa membantu memenuhi kebutuhan keluarga sekaligus merencanakan tujuan keuangan Anda ke depannya.
2. Diskusikan Pengeluaran dan Pemasukan Anda
Metode pengelolaan keuangan dengan budgeting 50:30:20 mungkin tidak akan cocok dengan keuangan generasi sandwich. Mereka yang harus menanggung kebutuhan keluarga biasanya menggunakan perhitungan sendiri sesuai kondisi keuangan. Sebaiknya diskusikan dengan keluarga terkait pemasukan dan pengeluaran Anda, dan berapa porsi penghasilan yang bisa Anda berikan pada keluarga. Sampaikan juga tujuan keuangan yang ingin Anda capai, sehingga Anda punya bagian atau porsi menabung dari penghasilan Anda.
3. Punya Dana Darurat
Menabung dana darurat tidak harus dalam jumlah besar. Misalnya, Anda punya porsi menabung sebesar 10% dari penghasilan, maka Anda bisa menabung 5%-nya untuk dana darurat. Ingatlah, menabung sama dengan membangun kebiasaan. Meski menabung dalam jumlah kecil, jika konsisten dilakukan maka uang yang terkumpul juga bisa lebih besar. Anda juga bisa menambah jumlah dana darurat yang Anda tabung saat penghasilan bertambah. Perlu dicatat, dana darurat ini nantinya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam keadaan darurat misalnya seperti pandemi atau bencana alam yang menyebabkan Anda kehilangan pekerjaan atau tidak bisa bekerja. Dana darurat inilah yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan Anda jika masa darurat tersebut terjadi.
4. Siapkan Dana Pensiun
Dana pensiun adalah kunci dari putusnya mata rantai generasi sandwich. Sama halnya dengan menabung dana darurat, menabung dana pensiun tidak harus dalam jumlah besar. Anda bisa menabung dalam nominal kecil dan menambah jumlahnya saat penghasilan Anda juga bertambah.
Anda bisa menabung dana pensiun mulai dari Rp 250.000 dengan Tabungan Sikaya. Ini adalah produk tabungan berjangka yang bisa membantu Anda untuk konsisten menabung setiap bulannya dan mendapat bunga maksimal LPS Bank Umum.
Bisa top up kapan saja untuk meningkatkan nominal setoran bulanan untuk mencapai tujuan keuangan Anda dengan lebih cepat. Yuk buka Tabungan Sikaya sekarang!
Alex Purnadi Chandra telah menggeluti sektor perbankan selama 28 tahun. Saat usianya baru 29 tahun, dia dipromosikan menjadi Kepala Cabang BCA di Bali. Setahun kemudian, Alex memberanikan diri... Selengkapnya
Pandemi Covid-19 tidak membuat kinerja BPR Lestari Group terhenti. Walaupun tidak sebagus tahun sebelumnya, aset BPR Lestari tetap tumbuh positif, size bisnis berkembang, kinerja usaha semua... Selengkapnya
Tidak bisa dipungkiri, peran UMKM dalam menggerakkan ekonomi di Indonesia sangat besar. Tak heran jika sektor UMKM terganggu maka ekonomi nasional juga ikut terganggu. Melihat kondisi ini BPR... Selengkapnya